elhakeem


Berjuang Untuk Melestarikannya


>>)§(<<


Cinta, ada masa kelahirannya dan ada saat perkembangannya;
baik menurun maupun menanjak;
dan bisa juga ada masa kematiannya.
Pandangan pertama dapat melahirkan cinta.
Demikian juga mendengar sifat seseorang.
Bahkan, sekali lagi, Ibn Hazm mengisahkan bahwa dia mengenal seseorang yang jatuh cinta melalui mimpi.
Namun cinta yang demikian itu rapuh, bahkan bisa putus.
Kalau demikian halnya cinta, maka jangan menduga bahwa sekedar keinginan untuk menjalin hubungan telah dapat melahirkannya;
sekadar bercakappun belum, apalagi jika mengharapkan hubungan itu langgeng?
Pada saat kita merasakan keinginan itu, maka pada saat itulah dimulai perjuangan untuk mengembangkan dan menyuburkan cinta, dan dari sini bermula pula perjuangan melestarikan pernikahan.
Seseorang tidak akan terampil mengemudikan mobil hanya dengan keinginan semata.
Juru masak tidak juga mahir hanya dengan mengkhayalkan hidangan lezat.
Mereka perlu waktu untuk belajar dan juga perlu berkorban.
Demikian juga halnya dengan mengembangkan cinta dan membina rumah tangga;
kalau tidak ingin ia terkubur selama-lamanya.
Tidak mungkin memberi apa yang tidak dimiliki.
Tidak mungkin mencintai kalau kita tidak memiliki cinta.
Tetapi jangan menduga cinta dan kasih sayang terkubur hanya pada saat masing-masing bersikeras terhadap keinginannya.
Ia juga bisa terkubur saat salah satu pihak selalu melebur keinginannya demi kekasihnya.
Dari sinilah sebuah pertengkaran;
bila tidak berlebihan dan tidak pula didengar orang;
bukan hanya wajar, bukan juga hanya dibenarkan, tetapi sesekali dianjurkan.
Karena, ketika itu, ia menjadi penyedap cinta sekaligus pengasuh kesuburannya.
Berjuang meraih cinta dan melestarikan rumah tangga, menuntut kekasih mengenal kekasihnya.
Bukan saja mengenalnya sebagai lawan jenis, tetapi mengenal sifat-sifatnya yang khas yang pasti berbeda dengan sifat orang lain, walaupun jenisnya sama dengan jenis pasangan kita.
Dari Abi Hurairah ra;
Nabi SAW bersabda:
Manusia (bagaikan) tambang, ada logam mulia ada pula yang tidak.
.::HR Muslim::.
Dari 'Aisyah ra;
Rasulullah SAW bersabda:
Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik perlakuannya kepada keluarganya
.::HR At Tirmidzi::.
Mulailah perjuangan ini dengan keyakinan bahwa pasangan kita adalah pilihan Allah dan diridhai oleh Rasulullah SAW.
Ini bukan berarti seperti kata orang bahwa kelahiran, perkawinan dan kematian berada ditangan Allah;
dengan menggantungkan seluruhnya di tangan-Nya tanpa usaha.
Memang segala sesuatu ditangan Allah.
Hanya saja dalam saat yang sama Dia memerintahkan kita untuk berusaha, menimbang baik-buruk, serta memohon petunjuk-Nya.
Bila hati telah bulat, kita dapat melangkah dengan tenang.
Bila kita telah berusaha.
Shalat istikharah;
bermohon agar dipilihkan yang terbaik;
sudah juga kita lakukan.
Dan hati kita sepakat:
seakan Allah memberi isyarat bahwa kita dan pasangan kita adalah pasangan pilihan-Nya.
Jika memang demikian suara akal dan bisikan hati kita, maka hal itu adalah seperti pesan-Nya:
Dan tidaklah patut bagi mukmin dan tidak (pula) bagi mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu pilihan (ketetapan), akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.
Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, dalam kesesatan yang nyata
.
.::QS Al Ahzåb 36::.
Ketahuilah, bahwa Allah murka bila singgasana-Nya terguncang.
Dan ketahui pulalah bahwa "perceraian mengguncang singgasana Allah", karenanya bila kita telah menetapkan pasangan hidup kita maka tidak ada jalan mundur, "Hanya dia... hanya dia, pasanganku adalah pakaianku, pakaianku adalah hiasanku".
Bukankah Allah memerintahkan untuk menjadikan pasngan kita sebagai pakaian, dan pakaian bukan hanya kebutuhan primer, atau berfungsi menutupi aurat, tetapi juga adalah hiasan.
Wahai putra-putri Adam! Kami (Allah) telah menurunkan untuk kamu pakaian yang menutupi auratmu dan (juga pakaian) bulu (sebagai hiasan).
Dan pakaian taqwa itulah yang terbaik
.
.::QS Al A'ràf 26::.
Jika "mawaddah" dan "rahmah", telah menghiasi jiwa pasangan suami-istri, dan terpelihara pula dengan "amanah", maka fondasi rumah tangga akan kukuh dan sendi-sendinya akan tegar.
Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas taqwa kepada Allah dan keridhaan-Nya itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh lalu bangunannya roboh bersama dengannya ke dalam neraka Jahannam.
Allah tidak memberi petunjuk orang-orang yang zalin.
.::QS At Taubah 109::.


>>)§(<<


back to home


elhakeem.xtgem.com